Jumat, 24 Juni 2011
Arti Lambang Ju-Jitsu
Arti Lambang Institut Ju-Jitsu Indonesia
Bedge Lambang Kebesaran Institut Ju-Jitsu Indonesia
DASAR
Dasar penyusunan ini adalah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Institut Jujitsu Indonesia, Program Kerja Dewan Guru Besar, serta tidak meninggalkan penjelasan dan keterangan yang sudah diberikan dari tokoh-tokoh pendiri Institut Jujitsu Indonesia.
LATAR BELAKANG
Dengan pesatnya perkembangan beladiri Jujitsu di Indonesia khususnya Institut Jujitsu Indonesia dan semakin dewasanya pemikiran para anggota Jujitsu yang ada diseluruh Indonesia, maka timbul pertanyaan-pertanyaan yang sangat kritis tentang arti dan makna dari badge jujitsu. Oleh karena itu sebagai seorang pelatih dan Anggota Jujitsu haruslah (wajib) mengetahui apa arti dan makna yang terkandung dari badge jujitsu itu sendiri secara cermat dan detail. Sedangkan untuk memberi arti dan makna yang sebenarnya kadang setiap pelatih atau anggota Jujitsu mempunyai pemahaman dan pengertian yang berbeda dalam menyimpulkan arti dan badge Jujitsu.
TUJUAN
1. Untuk mengatasi penafsiran yang berbeda dari beberapa kalangan Jujitsan.
2. Dapat dipergunakan untuk memberi jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang termaksud di dalam badge IJI
3. Untuk memberi kejelasan tentang badge Jujitsu dengan jatidiri dari Institut Jujitsu Indonesia.
PENGERTIAN BADGE DAN FUNGSINYA
Pengertian :
Asal-usul atau kronologis dari kata Badge berasal dari bahasa Inggris yang mempunyai arti Tanda kepangkatan atau Lencana. Jadi Badge adalah suatu bentuk atau lambang yang dapat memberi tanda atau identitas dari suatu badan atau organisasi dengan menyematkan badge dalam suatu pakaian atau apapun maka orang dapat mengenal lebih jelas tentang siapa sebenarnya organisasi tersebut.
Fungsi Badge/Lambang
Sesuai dengan arti kata Badge tersebut di atas, bahwa fungsi badge adalah untuk memperkenalkan jati diri dari suatu organisasi, juga sebagai tanda ciri khas lambang dari suatu organisasi/badan. Di dalam penyusunan badge atau membentuk dari badge ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh di dalamnya seperti :
1. Warna yang terkandung di dalam badge
2. Bentuk dari badge itu sendiri
3. Dan gambar yang ada dalam badge
PENJELASAN TENTANG BADGE IJI
Sejarah Badge IJI
Sejarah pembuatan badge IJI sangat berhubungan dengan sejarah keberadaan lahirnya beladiri Institut Jujitsu Indonesia (IJI).
Dahulu beladiri Jujitsu (IJI), masih menggunakan nama Jujitsu I-Kyushin Ryu Bantaran Angin, dan sekarang sudah dikenal berganti dengan Institut Jujitsu Indonesia.
Jadi perbedaan penulisan badge yang dulu dengan saat sudah berbeda, Dulu badge IJI bertuliskan JUJITSU I KYUSHIN RYU, dan sekarang badge IJI sudah bertuliskan INSTITUT JUJITSU INDONESIA, dan ditegah-tengah badge IJI sudah ada tambahan bertuliskan IJI, dahulu belum ada.
Warna yang ada di dalam Badge IJI.
* Putih
* Kuning
* Hijau
* Orange
* Biru
* Coklat
* Hitam
* Merah
Arti dari warna Badge IJI
* Putih : Lambang dari kesucian dan kebersihan
* Kuning : Lambang dari kebesaran
* Hijau : Lambang dari kesuburan
* Orange : Lambang dari keterbukaan dan kejujuran
* Biru : Lambang dari keperwiraan atau ksatria
* Coklat : Lambang dari kedewasaan dan keperkasaan
* Hitam : Lambang dari ketenangan dan kemantapan
* Merah : Lambang dari keberanian dan keagungan
Makna yang terkandung di dalam badge IJI
1. Badge IJI berbentuk lingkaran : Mengandung pengertian kebulatan tekad dan semangat yang bulat untuk melaksanakan Persatuan dan Kesatuan berdasarkan kekluargaan dan berlandaskan Pancasila.Mengandung pengertian kebulatan tekad dan semangat yang bulat untuk melaksanakan Persatuan dan Kesatuan berdasarkan kekluargaan dan berlandaskan Pancasila.
2. Warna dasar putih : Lambang dari kesucian dan kebersihan dari setiap anggota Jujitsan untuk dapat berfikir, berbicara dan bersikap jujur di dalam kehidupan sehari-hari.
3. Warna dasar kuning di tengah-tengah : Warna kuning adalah lambang kebesaran, yang dahulu merupakan symbol Budha, Jujitsu mengakui dari bangsa atau orang yang pertama kali mengembangkan ilmu beladiri adalah Budha. Maka dengan simbol dasar kuning yang ada ditengah-tengah, secara khusus mengandung arti dari Jujitsu adalah beladiri yang besar dan seorang Jujitsan haruslah selalu berjiwa besar.
4. Warna hijau yang membatasi dikedua sisi tengah : warna hijau melambangkan dari kesuburan, yang mengandung makna bahwa IJI dapat dikembangkan dan tumbh subur diseluruh wilayah Nusantara, karena Jujitsu adalah beladiri yang elit, komplit, feksibel dan sangat langka keberadaannya, dan letak posisi membatasi dikedua sisi tengah melambangkan bahwa Jujitsu mengutamakan sikap keseimbangan dalam kehidupannya, seperti keseimbangan antara kehidupan Jasmani dan Rohani.
5. warna Orange : Lambang dari keterbukaan dan kejujuran, warna orange terdapat di dalam gambar telapak tangan yang mempunyai makna bahwa Jujitsu merupakan beladiri yang dapat dipelajari oleh siapapun diseluruh Nusantara ini dan kejujuran haruslah selalu berada dalam setiap hati seorang Jujitsan.
6. Warna Biru : melambangkan keperwiraan dan ksatria. Warna biru terdapat pada tulisan ‘INSTITUT JUJITSU INDONESIA’ , yang mempunyai makna bahwa jika seorang jujitsan telah menyandang sabut biru atau predikat seorang jujitsu, maka haruslah mampu menjaga nama baik Jujitsu serta selalu bersikap ksatria dalam segala hal, juga dapat menjaga keperwiraan sesuai dengan sumpah dan semboyan Jujitsu.
7. Warna coklat : melambangkan kedewasaan, warna coklat terdapat didalam gambar kaki, yang mempunyai arti keperkasaan dari beladiri jujitsu, selalu bersikap adil dan kedewasaan Jujitsu untuk dapat berdiri tegak secara mandiri dan percaya diri.
8. Warna Hitam disisi telapak tangan : melambangkan ketenangan dan kemantapan, yang mempunyai makna bahwa seorang Jujitsu haruslah mempunyai ketenangan dalam setiap hal baik lahir maupun bathin, bertindak secara tegas dan mantap, sisi kanan berwarna hitam melambangkan sikap yang terbuka dan bersahabat terhadap siapapun.
9. warna merah di dalam lingkaran luar dan dalam : melambangkan keberanian dan keagungan yang mempunyai makna bahwa seorang jujitsan yang telah menyandang sabuk merah, berani melindungi segenap anggota jujitsan, melindungi organisasi jujitsu serta dapat mengayomi seluruh aspek kehidupan dalam jujitsu, keagungan yang berarti bahwa seorang jujitsan sabuk merah merupakan lambang dari kekuatan jiwa yang tak pernah punah dan contoh bagi seluruh insan beladiri yang ada di seluruh dunia.
10. Tulisan IJI dalam lingkaran kuning : melambangkan identitas khusus dari beladiri Jujitsu ‘IJI’ dengan pembaharuan menjadi nama ‘ Institut Jujitsu Indonesia’ yang mampu bersaing dan berkembang pesat hingga kini dengan kebesaran IJI dan kejayaan.
11. Lambang sinar berwarna merah : mempunyai makna bahwa Jujitsu menjadi terang bagi kedamaian di dunia dan seorang jujitsan haruslah menjadi sinar kehidupan bagi setiap insan di seluruh dunia, dan jujitsu dapat bersinar terang di seluruh Nusantara, karena dengan sinar setiap orang dapat melihat segala bentuk kehidupan baik yang buruk maupun yang buruk.
KESIMPULAN
Menjalankan suatu organisasi tentu saja akan banyak mendapatkan kendala dan masalah yang menghadang disetiap perjalanannya, oleh karena itu kita harus selalu mengantisipasi setiap kendala tersebut dengan terus belajar menimba ilmu. Dan dengan adanya informasi melalui blog ini setiap Jujitsan dapat sedikit mengatasi segala kendala atau masalah yang timbul khususnya dengan pengetahuan tentang Badge Lambang Institut Jujitsu Indonesia.
SARAN
Marilah setiap insan Jujitsu untuk meningkatkan pendalaman terhadap perkembangan Ilmu Jujitsu agar setiap perkembangan lebih baik lagi, dan dengan mengetahui arti dan makna dari badge IJI kita dapat menjawab segala pertanyaan , tantangan, dan masalah yang timbul di dalam perkembangan Jujitsu.
HARAPAN
Mengingat masih adanya setiap Jujitsan yang mungkin belum mengatahui lebih jelas tentang arti dan makna dari Badge IJI, maka kami berharap setiap jujitsan untuk memberi pengetahuan kembali kepada setiap anggota Jujitsu yang lainnya sesuai dengan apa yang telah diberikan dan diturunkan oleh para pendiri, tokoh-tokoh Institut Jujitsu Indonesia.
HERU NURCAHYO HANSHI
e-mail : bg.jujitsu@gmail.com
Bedge Lambang Kebesaran Institut Ju-Jitsu Indonesia
DASAR
Dasar penyusunan ini adalah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Institut Jujitsu Indonesia, Program Kerja Dewan Guru Besar, serta tidak meninggalkan penjelasan dan keterangan yang sudah diberikan dari tokoh-tokoh pendiri Institut Jujitsu Indonesia.
LATAR BELAKANG
Dengan pesatnya perkembangan beladiri Jujitsu di Indonesia khususnya Institut Jujitsu Indonesia dan semakin dewasanya pemikiran para anggota Jujitsu yang ada diseluruh Indonesia, maka timbul pertanyaan-pertanyaan yang sangat kritis tentang arti dan makna dari badge jujitsu. Oleh karena itu sebagai seorang pelatih dan Anggota Jujitsu haruslah (wajib) mengetahui apa arti dan makna yang terkandung dari badge jujitsu itu sendiri secara cermat dan detail. Sedangkan untuk memberi arti dan makna yang sebenarnya kadang setiap pelatih atau anggota Jujitsu mempunyai pemahaman dan pengertian yang berbeda dalam menyimpulkan arti dan badge Jujitsu.
TUJUAN
1. Untuk mengatasi penafsiran yang berbeda dari beberapa kalangan Jujitsan.
2. Dapat dipergunakan untuk memberi jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang termaksud di dalam badge IJI
3. Untuk memberi kejelasan tentang badge Jujitsu dengan jatidiri dari Institut Jujitsu Indonesia.
PENGERTIAN BADGE DAN FUNGSINYA
Pengertian :
Asal-usul atau kronologis dari kata Badge berasal dari bahasa Inggris yang mempunyai arti Tanda kepangkatan atau Lencana. Jadi Badge adalah suatu bentuk atau lambang yang dapat memberi tanda atau identitas dari suatu badan atau organisasi dengan menyematkan badge dalam suatu pakaian atau apapun maka orang dapat mengenal lebih jelas tentang siapa sebenarnya organisasi tersebut.
Fungsi Badge/Lambang
Sesuai dengan arti kata Badge tersebut di atas, bahwa fungsi badge adalah untuk memperkenalkan jati diri dari suatu organisasi, juga sebagai tanda ciri khas lambang dari suatu organisasi/badan. Di dalam penyusunan badge atau membentuk dari badge ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh di dalamnya seperti :
1. Warna yang terkandung di dalam badge
2. Bentuk dari badge itu sendiri
3. Dan gambar yang ada dalam badge
PENJELASAN TENTANG BADGE IJI
Sejarah Badge IJI
Sejarah pembuatan badge IJI sangat berhubungan dengan sejarah keberadaan lahirnya beladiri Institut Jujitsu Indonesia (IJI).
Dahulu beladiri Jujitsu (IJI), masih menggunakan nama Jujitsu I-Kyushin Ryu Bantaran Angin, dan sekarang sudah dikenal berganti dengan Institut Jujitsu Indonesia.
Jadi perbedaan penulisan badge yang dulu dengan saat sudah berbeda, Dulu badge IJI bertuliskan JUJITSU I KYUSHIN RYU, dan sekarang badge IJI sudah bertuliskan INSTITUT JUJITSU INDONESIA, dan ditegah-tengah badge IJI sudah ada tambahan bertuliskan IJI, dahulu belum ada.
Warna yang ada di dalam Badge IJI.
* Putih
* Kuning
* Hijau
* Orange
* Biru
* Coklat
* Hitam
* Merah
Arti dari warna Badge IJI
* Putih : Lambang dari kesucian dan kebersihan
* Kuning : Lambang dari kebesaran
* Hijau : Lambang dari kesuburan
* Orange : Lambang dari keterbukaan dan kejujuran
* Biru : Lambang dari keperwiraan atau ksatria
* Coklat : Lambang dari kedewasaan dan keperkasaan
* Hitam : Lambang dari ketenangan dan kemantapan
* Merah : Lambang dari keberanian dan keagungan
Makna yang terkandung di dalam badge IJI
1. Badge IJI berbentuk lingkaran : Mengandung pengertian kebulatan tekad dan semangat yang bulat untuk melaksanakan Persatuan dan Kesatuan berdasarkan kekluargaan dan berlandaskan Pancasila.Mengandung pengertian kebulatan tekad dan semangat yang bulat untuk melaksanakan Persatuan dan Kesatuan berdasarkan kekluargaan dan berlandaskan Pancasila.
2. Warna dasar putih : Lambang dari kesucian dan kebersihan dari setiap anggota Jujitsan untuk dapat berfikir, berbicara dan bersikap jujur di dalam kehidupan sehari-hari.
3. Warna dasar kuning di tengah-tengah : Warna kuning adalah lambang kebesaran, yang dahulu merupakan symbol Budha, Jujitsu mengakui dari bangsa atau orang yang pertama kali mengembangkan ilmu beladiri adalah Budha. Maka dengan simbol dasar kuning yang ada ditengah-tengah, secara khusus mengandung arti dari Jujitsu adalah beladiri yang besar dan seorang Jujitsan haruslah selalu berjiwa besar.
4. Warna hijau yang membatasi dikedua sisi tengah : warna hijau melambangkan dari kesuburan, yang mengandung makna bahwa IJI dapat dikembangkan dan tumbh subur diseluruh wilayah Nusantara, karena Jujitsu adalah beladiri yang elit, komplit, feksibel dan sangat langka keberadaannya, dan letak posisi membatasi dikedua sisi tengah melambangkan bahwa Jujitsu mengutamakan sikap keseimbangan dalam kehidupannya, seperti keseimbangan antara kehidupan Jasmani dan Rohani.
5. warna Orange : Lambang dari keterbukaan dan kejujuran, warna orange terdapat di dalam gambar telapak tangan yang mempunyai makna bahwa Jujitsu merupakan beladiri yang dapat dipelajari oleh siapapun diseluruh Nusantara ini dan kejujuran haruslah selalu berada dalam setiap hati seorang Jujitsan.
6. Warna Biru : melambangkan keperwiraan dan ksatria. Warna biru terdapat pada tulisan ‘INSTITUT JUJITSU INDONESIA’ , yang mempunyai makna bahwa jika seorang jujitsan telah menyandang sabut biru atau predikat seorang jujitsu, maka haruslah mampu menjaga nama baik Jujitsu serta selalu bersikap ksatria dalam segala hal, juga dapat menjaga keperwiraan sesuai dengan sumpah dan semboyan Jujitsu.
7. Warna coklat : melambangkan kedewasaan, warna coklat terdapat didalam gambar kaki, yang mempunyai arti keperkasaan dari beladiri jujitsu, selalu bersikap adil dan kedewasaan Jujitsu untuk dapat berdiri tegak secara mandiri dan percaya diri.
8. Warna Hitam disisi telapak tangan : melambangkan ketenangan dan kemantapan, yang mempunyai makna bahwa seorang Jujitsu haruslah mempunyai ketenangan dalam setiap hal baik lahir maupun bathin, bertindak secara tegas dan mantap, sisi kanan berwarna hitam melambangkan sikap yang terbuka dan bersahabat terhadap siapapun.
9. warna merah di dalam lingkaran luar dan dalam : melambangkan keberanian dan keagungan yang mempunyai makna bahwa seorang jujitsan yang telah menyandang sabuk merah, berani melindungi segenap anggota jujitsan, melindungi organisasi jujitsu serta dapat mengayomi seluruh aspek kehidupan dalam jujitsu, keagungan yang berarti bahwa seorang jujitsan sabuk merah merupakan lambang dari kekuatan jiwa yang tak pernah punah dan contoh bagi seluruh insan beladiri yang ada di seluruh dunia.
10. Tulisan IJI dalam lingkaran kuning : melambangkan identitas khusus dari beladiri Jujitsu ‘IJI’ dengan pembaharuan menjadi nama ‘ Institut Jujitsu Indonesia’ yang mampu bersaing dan berkembang pesat hingga kini dengan kebesaran IJI dan kejayaan.
11. Lambang sinar berwarna merah : mempunyai makna bahwa Jujitsu menjadi terang bagi kedamaian di dunia dan seorang jujitsan haruslah menjadi sinar kehidupan bagi setiap insan di seluruh dunia, dan jujitsu dapat bersinar terang di seluruh Nusantara, karena dengan sinar setiap orang dapat melihat segala bentuk kehidupan baik yang buruk maupun yang buruk.
KESIMPULAN
Menjalankan suatu organisasi tentu saja akan banyak mendapatkan kendala dan masalah yang menghadang disetiap perjalanannya, oleh karena itu kita harus selalu mengantisipasi setiap kendala tersebut dengan terus belajar menimba ilmu. Dan dengan adanya informasi melalui blog ini setiap Jujitsan dapat sedikit mengatasi segala kendala atau masalah yang timbul khususnya dengan pengetahuan tentang Badge Lambang Institut Jujitsu Indonesia.
SARAN
Marilah setiap insan Jujitsu untuk meningkatkan pendalaman terhadap perkembangan Ilmu Jujitsu agar setiap perkembangan lebih baik lagi, dan dengan mengetahui arti dan makna dari badge IJI kita dapat menjawab segala pertanyaan , tantangan, dan masalah yang timbul di dalam perkembangan Jujitsu.
HARAPAN
Mengingat masih adanya setiap Jujitsan yang mungkin belum mengatahui lebih jelas tentang arti dan makna dari Badge IJI, maka kami berharap setiap jujitsan untuk memberi pengetahuan kembali kepada setiap anggota Jujitsu yang lainnya sesuai dengan apa yang telah diberikan dan diturunkan oleh para pendiri, tokoh-tokoh Institut Jujitsu Indonesia.
HERU NURCAHYO HANSHI
e-mail : bg.jujitsu@gmail.com
Kamis, 23 Juni 2011
Sumpah Dan Semboyan
SUMPAH JU-JITSU
1. BERTAKWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA
2. TAAT PADA ORANG TUA
3. SANGGUP MENJAGA NAMA BAIK JU-JITSU
4. BERSIKAP SATRIA DAN JUJUR
5. TAAT PADA PELATIH
SEMBOYAN JU-JITSU
1. BERLATIH JU-JITSU DEMI KEMANUSUAAN
2. TIDAK BOLEH SOMBONG
3. MELINDUNGI YANG LEMAH BERDIRI DIPIHAK YANG BENAR
4. JU-JITSU DIGUNAKAN HANYA DALAM KEADAAN TERPAKSA
5. DALAM LATIHAN TIADA TAWA DAN TANGIS
1. BERTAKWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA
2. TAAT PADA ORANG TUA
3. SANGGUP MENJAGA NAMA BAIK JU-JITSU
4. BERSIKAP SATRIA DAN JUJUR
5. TAAT PADA PELATIH
SEMBOYAN JU-JITSU
1. BERLATIH JU-JITSU DEMI KEMANUSUAAN
2. TIDAK BOLEH SOMBONG
3. MELINDUNGI YANG LEMAH BERDIRI DIPIHAK YANG BENAR
4. JU-JITSU DIGUNAKAN HANYA DALAM KEADAAN TERPAKSA
5. DALAM LATIHAN TIADA TAWA DAN TANGIS
Tingkatan Sabuk Dan Periode Ujian Pada Beladiri Ju-Jitsu
Kyu VI (Roku-Kyu)warna sabuk Putih : Siswa
Kyu V (Go-Kyu) warna sabuk Kuning : Siswa
Kyu IV (Yon-Kyu)warna sabuk Hijau : Siswa
Kyu III (San-Kyu)warna sabuk Oranye : Siswa
Kyu II (Ni-Kyu) warna sabuk Biru : Asisten Pelatih II
Kyu I (Ik-Kyu) warna sabuk Coklat : Asisten Pelatih I
Dan I (Shodan)warna sabuk Hitam
Dan II (Nidan) warna sabuk Hitam
Dan III (Sandan)warna sabuk Hitam
Dan IV (Yondan)warna sabuk Hitam
Dan V (Godan) warna sabuk Hitam
Dan VI (Shodan)warna sabuk Merah Putih
Dan VII (Shodan)warna sabuk Merah Putih
Dan VIII(Shodan)warna sabuk Merah Putih
Dan IX (Shodan)warna sabuk Merah
Dan X (Shodan)warna sabuk Merah
Ujian Ju-Jitsu diadakan secara periodik dan serentak pada tingkat Cabang (Kabupaten/ Kodya), tingkat Daerah (Propinsi) dan tingkat Pusat (Nasional).
Masa Ujian :
Kyu VI ke Kyu V lebih kurang selama 4 bulan
Kyu V ke Kyu IV lebih kurang selama 4 bulan
Kyu IV ke Kyu III lebih kurang selama 4 bulan
Kyu III ke Kyu II minimal 6 bulan + syarat khusus
Kyu II ke Kyu I minimal 9 bulan + syarat khusus
Kyu I ke Dan I minimal 1½ tahun + syarat khusus dan prestasi
Dan I ke Dan II minimal 2 tahun + syarat khusus dan prestasi
Dan II ke Dan III minimal 3 tahun + syarat khusus dan prestasi nasional
Kyu V (Go-Kyu) warna sabuk Kuning : Siswa
Kyu IV (Yon-Kyu)warna sabuk Hijau : Siswa
Kyu III (San-Kyu)warna sabuk Oranye : Siswa
Kyu II (Ni-Kyu) warna sabuk Biru : Asisten Pelatih II
Kyu I (Ik-Kyu) warna sabuk Coklat : Asisten Pelatih I
Dan I (Shodan)warna sabuk Hitam
Dan II (Nidan) warna sabuk Hitam
Dan III (Sandan)warna sabuk Hitam
Dan IV (Yondan)warna sabuk Hitam
Dan V (Godan) warna sabuk Hitam
Dan VI (Shodan)warna sabuk Merah Putih
Dan VII (Shodan)warna sabuk Merah Putih
Dan VIII(Shodan)warna sabuk Merah Putih
Dan IX (Shodan)warna sabuk Merah
Dan X (Shodan)warna sabuk Merah
Ujian Ju-Jitsu diadakan secara periodik dan serentak pada tingkat Cabang (Kabupaten/ Kodya), tingkat Daerah (Propinsi) dan tingkat Pusat (Nasional).
Masa Ujian :
Kyu VI ke Kyu V lebih kurang selama 4 bulan
Kyu V ke Kyu IV lebih kurang selama 4 bulan
Kyu IV ke Kyu III lebih kurang selama 4 bulan
Kyu III ke Kyu II minimal 6 bulan + syarat khusus
Kyu II ke Kyu I minimal 9 bulan + syarat khusus
Kyu I ke Dan I minimal 1½ tahun + syarat khusus dan prestasi
Dan I ke Dan II minimal 2 tahun + syarat khusus dan prestasi
Dan II ke Dan III minimal 3 tahun + syarat khusus dan prestasi nasional
Sejarah Masuknya Ju-Jitsu di Provinsi Papua
Institut Ju-Jitsu Indonesia mulai masuk di Jayapura pada tahun 2011 dirintis oleh dua orang Jujitsan kelahiran Kediri yang bernama Basuki Styono (Kyu 2) dari TNI - AD Kodam XVII/Cenderawasih dan Kelahiran DKI Jakarta yang bernama Sugiatno (Kyu 2) dari TNI - AL Lantamal X. Dojo yang pertama dibuka adalah Dojo Lantamal X - Porasko - Jayapura dengan jumlah 10 jujitsan dengan bimbingan para Dewan Pelatih semua diantaranya Bpk. Dedy Triharjanto, Bpk.Kahar, Bpk. Waluyo, Bpk. Nurhadi, Bpk. Lasminto, dan masih banyak para senior-senior semua pada akhirnya selang beberapa bulan mulai menyebar dengan membuka Dojo SMP Kartika VI-1 dan Dojo SMU Negeri 4 Jayapura dengan jumlah jujitsan kurang lebih 30 anak dan berjalan sampai sekarang.Dan pada bulan Mei Pengprov Jayapura mendapat informasi bahwa pelebaran Ju-Jitsu Papua sudah ada yang membuka di Daerah Merauke dan Daerah Timika.Dan Ju-Jitsu Papua memperoleh kehormatan untuk mengikuti Kejuaraan Nasional Perebutan Piala Bergilir Wakil Presiden yang akan diselenggarakan pada Tanggal 15 - 18 Desember 2011.Semoga Allah merodhoi dan memberi kelancaran demi perkembangnya INSTITUT JU-JITSU INDONESIA di Tanah Papua.
Perkembangan Ju-jitsu di Indonesia
Bela diri Ju-Jitsu khususnya aliran Kyushin Ryu masuk ke Indonesia pada masa pergolakan Perang Dunia II (1942) di bawa oleh seorang tentara Jepang yang bernama “ Ishikawa “. Karena itu Ju-Jitsu Indonesia (IJI) dikenal dengan aliran “ I Kyushin Ryu “.
Ishikawa kemudian mewariskan ilmunya kepada R. Sutopo (Ponorogo) yang kemudian diturunkan kepada kelima muridnya yaitu Drs. Firman Sitompul (Dan X), Drs. Heru Nurcahyo (Dan VII), Drs. Bambang Supriyanto (Dan VI), Irjen Pol DPM Sitompul, SH, MH (Dan V) dan Drs. Heru Winoto (Dan V). Kelima murid inilah yang menjadi cikal bakal tumbuh dan berkembangnya Ju-Jitsu di Indonesia. Sebelum dibentuk organisasi “Institut Ju-Jitsu Indonesia (IJI)”, Ju-Jitsu dikenal dengan sebutan Perkumpulan Bela Diri “Ju-jitsu Bantaran Angin” yang berpusat di Ponorogo (yang sekarang nama BANTAR ANGIN dipakai salah satu nama Club Fighting binaan Institut Ju-jitsu Indonesia yang terkenal dalam mengikuti pertandingan-pertandingan professional seperti TPI FIGHTING, RCTI DUEL, dll). Untuk mengembangkan Ju-Jitsu ke seluruh Indonesia maka kemudian pusat pengembangan Ju-Jitsu dipindahkan ke Jakarta. Di sinilah dibentuk suatu organisasi resmi dan berbadan hukum yang bernama “ Institut Ju-Jitsu Indonesia “ disingkat “ IJI ”, tepatnya tanggal 8 Desember 1981.
Pada tahun itu juga saat diadakan demonstrasi bela diri Ju-Jitsu di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta, Ju-Jitsu berhasil mendapatkan penghargaan serta pengakuan dari Kedutaan Besar Jepang. Disamping itu Ju-Jitsu Indonesia (IJI) telah tergabung dalam induk organisasi Ju-Jitsu dunia yaitu World Council of Jiu-Jitsu Organization (WCJJO) yang berpusat di London.
Hingga saat ini Institut Ju-Jitsu Indonesia telah melaksanakan pelatihan-pelatihan maupun pendirian Dojo (tempat latihan) di berbagai Kesatuan TNI/POLRI, Instansi Pemerintah/Swasta, Perusahaan dan Lembaga Pendidikan antara lain sebagai berikut :
1.Bekerja sama dengan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, dengan SKEP KAPOLRI No. Pol : B/3545/IX/1999 : tentang Penggantian Beladiri POLRI dengan Beladiri Ju-Jitsu, untuk memberikan Kepelatihan Beladiri Ju-Jitsu untuk para Perwira, Bintara, dan Tamtama di seluruh POLDA di Indonesia beserta Jajarannya serta di Pusat-pusat Pendidikan Kepolisian.
2.PTIK ( Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian ), POLDA JATENG, POLDA DIY, POLDA JATIM, POLRES dan POLRESTA Malang, POLRES Sidoarjo, POLRES Sumenep, POLRES Ponorogo, POLRES Ngawi, POLWIL Besuki dll.
3.GRUP I, II, III, IV, serta DENMAKO Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) TNI-AD
4.KOSTRAD 328 TNI-AD Cilodong Jawa Barat.
5.PASPAMPRES RI (Pasukan Pengaman Presiden)
6.Pelatihan penggunaan Tonfa (Tongkat T POLRI) antara lain untuk Peragaan Beladiri Tongkat T pada Upacara HUT POLRI ke-57 di Lapangan Terbang Pondok Cabe, PUSDIK GASUM Porong, PUSDIK BRIMOB Watukosek, SECAPA POLRI, POLDA JATIM, POLDA JATENG dan POLRES Sidoarjo.
7.Perusahaan-perusahaan antara lain : PT Pakuwon, PT Tjiwi Kimia, Hotel Santika, BCA Diponegoro, Bank Danamon Pemuda, PT UBS (Untung Bersama Sejahtera), PT Karya Dua Raksa, PT Karya Murni Indocipta, PT Mega Surya Mas dan lain-lain.
8.Di sekolah-sekolah mulai SD, SLTP dan SMU/SMK baik Negeri maupun Swasta
9.Di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia antara lain :
UNAIR Surabaya, ITS Surabaya, UNESA Surabaya, UNIBRAW Malang, UNTAG DKI dan Surabaya, UPN Veteran DKI dan Surabaya, UNTAR DKI, Univ. 45 Surabaya, STIESIA Surabaya, UBAYA Surabaya, UNUD Bali, UNCEN Papua dan masih banyak lagi yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Ishikawa kemudian mewariskan ilmunya kepada R. Sutopo (Ponorogo) yang kemudian diturunkan kepada kelima muridnya yaitu Drs. Firman Sitompul (Dan X), Drs. Heru Nurcahyo (Dan VII), Drs. Bambang Supriyanto (Dan VI), Irjen Pol DPM Sitompul, SH, MH (Dan V) dan Drs. Heru Winoto (Dan V). Kelima murid inilah yang menjadi cikal bakal tumbuh dan berkembangnya Ju-Jitsu di Indonesia. Sebelum dibentuk organisasi “Institut Ju-Jitsu Indonesia (IJI)”, Ju-Jitsu dikenal dengan sebutan Perkumpulan Bela Diri “Ju-jitsu Bantaran Angin” yang berpusat di Ponorogo (yang sekarang nama BANTAR ANGIN dipakai salah satu nama Club Fighting binaan Institut Ju-jitsu Indonesia yang terkenal dalam mengikuti pertandingan-pertandingan professional seperti TPI FIGHTING, RCTI DUEL, dll). Untuk mengembangkan Ju-Jitsu ke seluruh Indonesia maka kemudian pusat pengembangan Ju-Jitsu dipindahkan ke Jakarta. Di sinilah dibentuk suatu organisasi resmi dan berbadan hukum yang bernama “ Institut Ju-Jitsu Indonesia “ disingkat “ IJI ”, tepatnya tanggal 8 Desember 1981.
Pada tahun itu juga saat diadakan demonstrasi bela diri Ju-Jitsu di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta, Ju-Jitsu berhasil mendapatkan penghargaan serta pengakuan dari Kedutaan Besar Jepang. Disamping itu Ju-Jitsu Indonesia (IJI) telah tergabung dalam induk organisasi Ju-Jitsu dunia yaitu World Council of Jiu-Jitsu Organization (WCJJO) yang berpusat di London.
Hingga saat ini Institut Ju-Jitsu Indonesia telah melaksanakan pelatihan-pelatihan maupun pendirian Dojo (tempat latihan) di berbagai Kesatuan TNI/POLRI, Instansi Pemerintah/Swasta, Perusahaan dan Lembaga Pendidikan antara lain sebagai berikut :
1.Bekerja sama dengan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia, dengan SKEP KAPOLRI No. Pol : B/3545/IX/1999 : tentang Penggantian Beladiri POLRI dengan Beladiri Ju-Jitsu, untuk memberikan Kepelatihan Beladiri Ju-Jitsu untuk para Perwira, Bintara, dan Tamtama di seluruh POLDA di Indonesia beserta Jajarannya serta di Pusat-pusat Pendidikan Kepolisian.
2.PTIK ( Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian ), POLDA JATENG, POLDA DIY, POLDA JATIM, POLRES dan POLRESTA Malang, POLRES Sidoarjo, POLRES Sumenep, POLRES Ponorogo, POLRES Ngawi, POLWIL Besuki dll.
3.GRUP I, II, III, IV, serta DENMAKO Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) TNI-AD
4.KOSTRAD 328 TNI-AD Cilodong Jawa Barat.
5.PASPAMPRES RI (Pasukan Pengaman Presiden)
6.Pelatihan penggunaan Tonfa (Tongkat T POLRI) antara lain untuk Peragaan Beladiri Tongkat T pada Upacara HUT POLRI ke-57 di Lapangan Terbang Pondok Cabe, PUSDIK GASUM Porong, PUSDIK BRIMOB Watukosek, SECAPA POLRI, POLDA JATIM, POLDA JATENG dan POLRES Sidoarjo.
7.Perusahaan-perusahaan antara lain : PT Pakuwon, PT Tjiwi Kimia, Hotel Santika, BCA Diponegoro, Bank Danamon Pemuda, PT UBS (Untung Bersama Sejahtera), PT Karya Dua Raksa, PT Karya Murni Indocipta, PT Mega Surya Mas dan lain-lain.
8.Di sekolah-sekolah mulai SD, SLTP dan SMU/SMK baik Negeri maupun Swasta
9.Di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia antara lain :
UNAIR Surabaya, ITS Surabaya, UNESA Surabaya, UNIBRAW Malang, UNTAG DKI dan Surabaya, UPN Veteran DKI dan Surabaya, UNTAR DKI, Univ. 45 Surabaya, STIESIA Surabaya, UBAYA Surabaya, UNUD Bali, UNCEN Papua dan masih banyak lagi yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Sejarah dan perkembangan beladiri Ju-jitsu
Kalu dilihat dari sejarah perkembangan bela diri di dunia, maka mulanya cara perkelahian yang dilakukan oleh manusia sangat primitif, tidak mengenal aturan sama sekali karena tujuan akhir dari cara berkelahi dari jaman primitif itu adalah mengalahkan lawan dengan segala cara agar lawan dapat dikuasai atau dibunuh. Cara berkelahi ini berangsur-angsur berubah karena pengaruh kebudayaan manusia, letak geografis negara dan kepandaian manusia. Dari tahun ke tahun bentuk perkelahian itu makin lama makin sempurna dan akhirnya mempunyai metode/cara yang teratur dan sistematis untuk dipelajari.
Teknik Jiu-Jitsu, Ju-Jitsu atau Jujutsu sudah ada sejak jaman kuno yaitu sekitar dua abad sebelum Masehi (230 tahun SM). Jadi sangatlah naif jika ada bela diri yang lahirnya jauh sesudah Masehi mengklaim sebagai induk dari Jiu-Jitsu. Teknik Jiu-Jitsu ini dulunya dipakai oleh para Ksatria Jepang (Samurai Warriors).
Berdasarkan catatan literatur kuno di Jepang, teknik bela diri yang tertua adalah SUMO (gulat Jepang). Teknik-teknik membanting dalam Sumo tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuhnya teknik membanting Jiu-Jitsu, sebab secara umum teknik bantingan dalam Sumo dipakai juga dalam Jiu-Jitsu.
Saat pemerintahan Kaisar Suinin (230 tahun SM), di Jepang telah ada suatu bentuk pertandingan adu kekuatan fisik dan pemenangnya diberi hadiah. Dalam pertandingan itu telah dipakai teknik membanting dan menghimpit tubuh lawan agar tidak bisa bergerak dengan jalan menindih di atas tubuh lawan (awal dari timbulnya teknik kuncian Jiu-Jitsu)
Pada masa 23 tahun SM, seorang yang bernama “ Morni-no-Sukune ” berhasil membunuh lawannya “ Tayimi-no-Keyaya ” dengan menggunakan teknik cekikan dan tendangan. Selanjutnya teknik bantingan, kuncian, tendangan pukulan, tangkisan berkembang terus dari tahun ke tahun di negeri Jepang. Tetapi saat itu teknik Jiu-Jitsu hanya dipelajari secara tertutup dan fanatik di kalangan masing-masing marga/klan/suku. Kerahasiaan cara belajar teknik Jiu-Jitsu itu baru diketahui untuk dipelajari secara terbuka terbuka pada masa pemerintahan Pangeran Teijun (tahun 850-880 M), dimana saat itu telah mulai dibuka sekolah-sekolah Ju-Jitsu tetapi masih khusus untuk orang-orang Jepang saja.
Pada era Kamakura (1185-1336) muncul sekolah Jiu-Jitsu aliran Daito-Ryu Aiki-Jujutsu, yamg telah mengkombinasikan teknik bela diri tangan kosong dengan teknik menggunakan senjata yaitu “Daito” (pedang yang panjangnya + 39 inchi), didirikan oleh Jenderal Shinra Saboru Yoshimitsu. Kemudian aliran Take-nu-Uchi Ryu oleh Pangeran Toichiro Takeuchi pada tahun 1532. Seorang Jago Pedang (Swordman) paling legendaris, Miyamoto Mushasi (Arake Matemon) menciptakan aliran Yagyu Ryu. Berikutnya aliran Tenjin-Shinyo Ryu didirikan oleh Iso Matemon (aka Mastari Yanani) yang merupakan penggabungan dua aliran Yoshin Ryu dan Shin-no-Shindo Ryu.
Pada sekitar tahun 1300 M dikenal seorang tokoh Jago Jiu-Jitsu bernama Akiyama Shintoki, yang menciptakan teknik-teknik pertarungan yang hebat dan lebih maju dibanding bela diri yang ada di Jepang saat itu sehingga ia berhasil menjagoi pertandingan bela diri yang ada pada saat itu. Karena itu tahun itu dipandang sebagai “Tahun Kebangkitan Jiu-Jitsu “.
Pada Tukugawa era (1603-1867) sampai dengan masa Restorasi Meiji sekitar tahun 1868, Jiu-Jitsu tumbuh dengan pesat di Jepang dan bermunculan sekolah-sekolah Jiu-jitsu baru seperti Sekiguchi Ryu, Shinkage Ryu, Kyushin Ryu dan masih banyak lagi.
Dari tahun ke tahun ke tahun semakin banyak lagi aliran-aliran yang muncul, dan banyak pula pemuda Jepang maupun dari negara lain yang belajar pada beberapa aliran sekaligus sehingga membentuk lagi aliran-aliran baru bahkan melahirkan bela diri baru.
Jigoro Kano setelah berlatih Jiu-Jitsu aliran Tenjin-Shinyo Ryu dan Kito Ryu dia mencipatakan bentuk bela diri baru dengan menghilangkan teknik-teknik yang mematikan dan mengutamakan sport yang diberi nama JUDO. Bela diri Judo menitikberatkan pada inti gerakan membanting dan mengunci.
Pada sekitar tahun 1901 muncul lagi pemuda Jepang berbakat bernama Morehei Uyehiba (Kito Ryu, Daito-Ryu Aiki-Jujutsu dan Shinkage Ryu) yang menciptakan bela diri AIKIDO pada tahun 1925 yang menitikberatkan pada teknik Aiki-jutsu.
Pada waktu yang hampir bersamaan seorang pemuda Korea bernama Yang Shui Choi datang untuk berlatih Jiu-Jitsu di Jepang (aliran Daito-Ryu Aiki-Jujutsu). Kemudian ia pulang ke Korea dan menggabungkan teknik Jiu-Jitsu dengan bela diri asli Korea (Tang So Do) menjadi suatu bela diri baru yaitu HAPKIDO pada tahun 1945.
Selain ketiga bela diri di atas masih banyak lagi bela diri yang lainnya yang juga berasal dari Jiu-Jitsu.
Teknik Jiu-Jitsu, Ju-Jitsu atau Jujutsu sudah ada sejak jaman kuno yaitu sekitar dua abad sebelum Masehi (230 tahun SM). Jadi sangatlah naif jika ada bela diri yang lahirnya jauh sesudah Masehi mengklaim sebagai induk dari Jiu-Jitsu. Teknik Jiu-Jitsu ini dulunya dipakai oleh para Ksatria Jepang (Samurai Warriors).
Berdasarkan catatan literatur kuno di Jepang, teknik bela diri yang tertua adalah SUMO (gulat Jepang). Teknik-teknik membanting dalam Sumo tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuhnya teknik membanting Jiu-Jitsu, sebab secara umum teknik bantingan dalam Sumo dipakai juga dalam Jiu-Jitsu.
Saat pemerintahan Kaisar Suinin (230 tahun SM), di Jepang telah ada suatu bentuk pertandingan adu kekuatan fisik dan pemenangnya diberi hadiah. Dalam pertandingan itu telah dipakai teknik membanting dan menghimpit tubuh lawan agar tidak bisa bergerak dengan jalan menindih di atas tubuh lawan (awal dari timbulnya teknik kuncian Jiu-Jitsu)
Pada masa 23 tahun SM, seorang yang bernama “ Morni-no-Sukune ” berhasil membunuh lawannya “ Tayimi-no-Keyaya ” dengan menggunakan teknik cekikan dan tendangan. Selanjutnya teknik bantingan, kuncian, tendangan pukulan, tangkisan berkembang terus dari tahun ke tahun di negeri Jepang. Tetapi saat itu teknik Jiu-Jitsu hanya dipelajari secara tertutup dan fanatik di kalangan masing-masing marga/klan/suku. Kerahasiaan cara belajar teknik Jiu-Jitsu itu baru diketahui untuk dipelajari secara terbuka terbuka pada masa pemerintahan Pangeran Teijun (tahun 850-880 M), dimana saat itu telah mulai dibuka sekolah-sekolah Ju-Jitsu tetapi masih khusus untuk orang-orang Jepang saja.
Pada era Kamakura (1185-1336) muncul sekolah Jiu-Jitsu aliran Daito-Ryu Aiki-Jujutsu, yamg telah mengkombinasikan teknik bela diri tangan kosong dengan teknik menggunakan senjata yaitu “Daito” (pedang yang panjangnya + 39 inchi), didirikan oleh Jenderal Shinra Saboru Yoshimitsu. Kemudian aliran Take-nu-Uchi Ryu oleh Pangeran Toichiro Takeuchi pada tahun 1532. Seorang Jago Pedang (Swordman) paling legendaris, Miyamoto Mushasi (Arake Matemon) menciptakan aliran Yagyu Ryu. Berikutnya aliran Tenjin-Shinyo Ryu didirikan oleh Iso Matemon (aka Mastari Yanani) yang merupakan penggabungan dua aliran Yoshin Ryu dan Shin-no-Shindo Ryu.
Pada sekitar tahun 1300 M dikenal seorang tokoh Jago Jiu-Jitsu bernama Akiyama Shintoki, yang menciptakan teknik-teknik pertarungan yang hebat dan lebih maju dibanding bela diri yang ada di Jepang saat itu sehingga ia berhasil menjagoi pertandingan bela diri yang ada pada saat itu. Karena itu tahun itu dipandang sebagai “Tahun Kebangkitan Jiu-Jitsu “.
Pada Tukugawa era (1603-1867) sampai dengan masa Restorasi Meiji sekitar tahun 1868, Jiu-Jitsu tumbuh dengan pesat di Jepang dan bermunculan sekolah-sekolah Jiu-jitsu baru seperti Sekiguchi Ryu, Shinkage Ryu, Kyushin Ryu dan masih banyak lagi.
Dari tahun ke tahun ke tahun semakin banyak lagi aliran-aliran yang muncul, dan banyak pula pemuda Jepang maupun dari negara lain yang belajar pada beberapa aliran sekaligus sehingga membentuk lagi aliran-aliran baru bahkan melahirkan bela diri baru.
Jigoro Kano setelah berlatih Jiu-Jitsu aliran Tenjin-Shinyo Ryu dan Kito Ryu dia mencipatakan bentuk bela diri baru dengan menghilangkan teknik-teknik yang mematikan dan mengutamakan sport yang diberi nama JUDO. Bela diri Judo menitikberatkan pada inti gerakan membanting dan mengunci.
Pada sekitar tahun 1901 muncul lagi pemuda Jepang berbakat bernama Morehei Uyehiba (Kito Ryu, Daito-Ryu Aiki-Jujutsu dan Shinkage Ryu) yang menciptakan bela diri AIKIDO pada tahun 1925 yang menitikberatkan pada teknik Aiki-jutsu.
Pada waktu yang hampir bersamaan seorang pemuda Korea bernama Yang Shui Choi datang untuk berlatih Jiu-Jitsu di Jepang (aliran Daito-Ryu Aiki-Jujutsu). Kemudian ia pulang ke Korea dan menggabungkan teknik Jiu-Jitsu dengan bela diri asli Korea (Tang So Do) menjadi suatu bela diri baru yaitu HAPKIDO pada tahun 1945.
Selain ketiga bela diri di atas masih banyak lagi bela diri yang lainnya yang juga berasal dari Jiu-Jitsu.
Langganan:
Postingan (Atom)